Sunday, January 13, 2013

Kuskus Tunis


PERGI KE TUNIS, JANGAN LUPA MAKAN KUSKUS


Suatu sore pekan lalu, aku dan keluarga diundang makan oleh seorang kenalan warga Tunis. Rumahnya tak jauh dari kampus tempat kami belajar. Tentu ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan begitu saja. Bismillah, kami berangkat membawa perut kosong.

Tuan rumah sudah menanti di ruang tamu. Kami disambut dengan senyum ramah. Pipi Firyal, puteriku yang berusia hampir tiga tahun, diciumi berkali-kali.

Kami dipersilahkan duduk di ruang tamu yang tidak terlalu luas, tetapi penuh dengan perkakas rumah. Satu set sofa, beberapa lemari, televisi, serta foto keluarga yang menempel di dinding. Tepat di dinding samping tempatku duduk, ada asli ijasah S1 dan ijasah SMA yang juga menggantung. Dibungkus bingkai kaca. “Itu adalah ijasah anak pertama kami”, tutur sang tuan rumah dengan senyum sumringah. Subhanallah. Tak bisa dibayangkan, betapa kebanggaan seorang ayah, ketika anaknya lulus kuliah, hingga ijazahnya pun harus dipasang di ruang tamu.

Kuskus Lezat
Tak sampai lima menit kemudian, meja ruang tamu telah dipenuhi hidangan, yang ternyata adalah kuskus. Wow, sajian khas Arab Tunis yang lezat !

Kuskus adalah makanan khas warga Arab Magribi, termasuk Tunis. Terbuat dari gandum bubuk yang dikukus, dicampur sayuran yang juga dikukus, seperti kentang, kol, tomat, cabe hijau besar, wortel, dan tentu saja buah zaitun. Kemudian disiram kuah berbumbu gurih, plus sepotong daging kambing rebus atau daging ayam rebus. Kuskus kambing dinamakan kuskus ‘alusy, sedangkan kuskus ayam adalah kuskus dajaj. Sebagai pelengkap kuskus sore itu, dihidangkan juga sepiring salad, aneka sayuran segar yang ditaburi mayones.

Bulan Desember 2005, aku pernah membuat tulisan berjudul Menikmati Kuskus di Kota Tunis, yang hingga saat ini pun masih tersimpan di blog-ku. Juga menjadi salah satu dari sekitar 90 judul tulisan dalam buku pertamaku, Berkelana ke Timur Tengah (Erlangga, 2009). Dalam tulisan itu, aku menceritakan pengalamanku menikmati kuskus di sebuah rumah makan tradisional di kota Tunis. Kala itu, kuskus ‘alusy dibandrol dengan harga 2,5 Dinar, atau setara 16 ribu rupiah.

Hampir setiap rumah makan di Tunis, memiliki pilihan menu kuskus. Biasa disajikan dalam mangkuk besar berwarna cokelat, bergaris-garis. Semakin menguatkan kesan kuskus sebagai hidangan tradisional.

Tradisi Kuskus
Kuskus telah menjadi makanan khas warga Arab Magrib, terutama di Tunis dan Maroko. Warga Tunis biasa menyediakan kuskus pada momen-momen tertentu, seperti peseta keluarga, jamuan tamu, dan juga pada hari-hari besar keagamaan seperti 17 Ramadhan, Maulid Nabi, atau Muharam.

Acara jamuan-jamuan resmi juga biasanya tak melewatkan kuskus. Saat aku menghadiri acara seminar mahasiswa Timur Tengah di Rabat Maroko pada tahun 2006 lalu, panitia mengadakan sajian makan malam bagi para tamu undangan dengan menun utama kuskus, dengan sajian potongan-potongan besar daging kambing.

Kenyang Kuskus
Sore itu, aku tak buang-buang waktu. Sepiring besar kuskus kunikmati dengan lahap. Suasana musim dingin bulan Januari yang menyebabkan perut cepat lapar, nampaknya semakin membuat hidangan kuskus sore itu semakin lezat. Alhamdulillah.

Saat asyik makan, tuan rumah datang lagi membawa sepiring brick, makanan khas warga Tunis yang biasanya disajikan pada bulan Ramadhan. Brick mirip  martabak telor. Bahannya terdiri dari sebutir telur, kentang rebus, ikan tuna, makdonis (daun penyedap mirip saledri) dan bumbu. Semua bahan itu diaduk rata dan dibungkus dengan adonan khusus terbuat dari gandum. Lalu, digoreng hingga kering. (Tentang brick, pernah kuceritakan dalam tulisan lama berjudul Berbuka Puasa Sampai Bodoh).

Wah wah, gimana nih, kuskus yang di piring ini saja masih banyak. Tetapi orang Arab biasanya akan kecewa jika suguhannya dicuekkan. Ya sudah, sebagai tamu yang baik, aku tak mau mengecewakan tuan rumah.  Aku sadari itu sepenuhnya. Satu per satu brick gurih itu pun kami habiskan. Yang tak sempat dimakan, kami bawa pulang.

Tunis al Khadra, Ahad 13 Januari 2013 

1 comment:

  1. meski belum sempat ke Tunis, saya serasa mengikuti perjalanan di Tunis. thanks pak...

    ReplyDelete