Wednesday, May 11, 2005

SSM 15 : Terawat Lewat Tarekat

TERAWAT LEWAT TAREKAT 

Di tengah kerumuman peziarah makam Syekh Badawi "..Aku yang mana yach...?!.."

Hormat pada ahlul bait terpelihara melalui jaringan organisasi sufi. Keturunan jauh pun bergelimang sanjung

BUKAN hanya keturunan dekat Nabi Muhammad yang mendapat hormat. Anak-cucu ahlul bait yang cukup jauh pun disanjung kaum muslim Mesir. Tengoklah masjid dan makam Syekh Ahmad al-Badawi (1199-1276 M) di Thanta, 94 kilometer barat laut Kairo. Syekh Badawi kesohor seantero Mesir sebagai tokoh sufi, pendiri tarekat Ahmadiyah, dan keturunan Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib.

Di Mesir, ekspresi cinta pada ahlul bait menyatu dalam tradisi tarekat (organisasi sufi). Dari 17-an kelompok tarekat di Mesir, hampir semua syekhnya punya garis keturunan ke Imam Husein, cucu Nabi. Zikir rutin berbagai tarekat banyak yang berisi pujian pada Nabi dan ahlul baitnya. Maka, makam sejumlah tokoh yangdiyakini keturunan Nabi selalu ramai diziarahi pengikut berbagai tarekat. Termasuk makam Syekh Badawi.

Usai salat Jumat, awal Maret lalu, saya menyaksikan aneka ritual tarekat berlangsung di Masjid Badawi. Mulai baca salawat bersama sambil duduk melingkar hingga tarian meliuk-liukkan badan. Di masjid ini, peziarah wanita berbaur dengan pria, duduk melingkar, membaca salawat, bertepuk tangan dan menari sambil berteriak histeris. Beberapa lainnya melakukan zagrudah, jeritan khas wanita Arab tanda suka-ria.

Setiap hari Jumat, masjid itu dipadati ribuan peziarah. Selain pengikut tarekat, juga para petani sekitar delta Nil. Thanta adalah kawasan subur, pusat pertanian kaya di delta Nil. "Saya selalu salat Jumat di sini," tutur Gabir Hussein Thantawi, petani asal Mahalla Kubra, kota kecil 24 kilometer dari Thanta. "Salat di masjid sini memang tamam (mantap)," kata Gabir seraya mengacungkan jempol.

Masjid Badawi terletak di tengah kota Thanta, tak jauh dari Stasiun Thanta. Makamnya berada di pojok kanan belakang masjid. Tak ada pembatas antara peziarah laki-laki dan perempuan seperti makam sufi lain di Mesir. Keruan saja, desak-desakan peziarah lelaki dan perempuan menjadi hal lumrah. Tanpa pembatas, para peziarah justru asyik tawaf, mengelilingi makam, mirip jamaah haji mengelilingi Ka'bah.

Di pojok ruang makam terdapat kotak kaca berukuran 0,5 x 0,75 meter, tempat menyimpan batu hitam persegi. Di atas batu terlihat dua jejak kaki yang diyakini sebagai kaki Nabi Muhammad. Asal-usul telapak ini memiliki ragam versi. Satu kisah menyebutkan, ia dibawa dari Madinah. Versi lain mengatakan, Rasulullah pernah berkunjung ke Mesir.

Banyak peziarah, terutama petani delta Nil, berupaya keras menyentuh dan menciumi kotak kaca itu, seperti jamaah haji yang berebut mencium hajar aswad. Ada juga yang menggosokkan kain ke kaca. Mahmud, 40 tahun, pegawai masjid yang setia berdiri di sebelah kotak, selalu sigap menegur jamaah yang kelamaan mencium kotak kaca. Tapi bisa kompromi bila Mahmud dikasih "sedekah".

Masjid itu mengalami puncak keramaian pada hari maulid sang wali pada paruh kedua Oktober, saat para petani delta Nil tidak sibuk di ladang. Maulid digelar sepekan. "Kalau sedang ada haflah maulid, sekitar masjid ini menjadi lautan manusia selama delapan hari," kata Sayed Ibrahim, 50 tahun, pemilik toko kue di depan masjid.

Maulid diramaikan atraksi berbagai tarekat. Mereka berkumpul di masjid, membentuk barisan, lalu berjalan mengelilingi kota dan desa sambil berzikir. Pemerintah Mesir pernah menjadikan momentum ini untuk menggalang dana pengusiran Israel dari Sinai, 1973, karena pemerintah kesulitan mengumpulkan rakyat dalam jumlah besar.

Makam Syekh Badawi ramai peziarah karena ia dipercaya sebagai ahlul bait. Perlakuan serupa diterima Masjid Abu Abbas al-Mursi di Iskandariah. Di belakang masjid ini ada belasan makam yang dipercaya sebagai keturunan Nabi, meski bukan tokoh terkenal. Berbeda dengan makam dan masjid Imam Syafi'i di Kairo. Sepi dan kurang terawat. Padahal, ia imam mazhab fikih yang banyak dianut di Mesir dan Indonesia.

Pun makam Imam Lais, tak jauh dari makam Syafi'i. Ia ahli fikih kesohor yang disebut-sebut telah menyerap semua wawasan fikih generasi Tabiin. Begitu pula makam sahabat Nabi, Abu Dzar al-Ghifari, 300-an meter dari makam Syafi'i. Daerah sekitarnya kotor dan jadi kawasan lalu lalang anjing liar. Padahal, Abu Dzar dikenal sebagai teladan pelaku gaya hidup sufi pada zaman Nabi. Namun, karena mereka bukan keturunan Nabi, semarak peziarahnya berbeda dengan di makam anak-cucu ahlul bait, meskipun keturunan jauh.

Rubrik JEJAK, Gatra Nomor 20/XI, 02 April 2005

2 comments:

  1. salam,
    saya tertarik dengan info makam imam ahmad al badawi, apa bisa saya dikirimi infonya n kalo ada foto2-nya juga.. trims banget. doddy.wirawan@gmail.com

    ReplyDelete
  2. hebat ya dede...minta doanya ya buat usah warnetku de.

    ReplyDelete