PERBAIKI GIZI DI MATH'AM JAMI'I
Dua puluh enam persen APBN yang digelontorkan pemerintah
Tunisia untuk sector pendidikan, dinikmati berkahnya oleh para mahasiswa di
Tunis. Selain bea kuliah yang murah meriah, para mahasiswa juga menikmati
fasilitas Math’am Jami’i alias kantin mahasiswa.
Di kantin ini, para mahasiswa menikmati menu
bergizi, porsi besar ukuran orang Arab, tetapi dengan harga murah meriah. Uang
1 Dinar (senilai Rp 7 ribu), bisa ditukar dengan 5 kupon, untuk 5 kali makan.
Semua bisa murah karena subsidi pemerintah.
Math’am Jami’i ada di mana-mana. Di setiap
kawasan kampus, di situ ada math’am jami’i. Atau di mana ada asrama mahasiswa,
pasti di sebelahnya berdiri gedung math’am jami’i. Laksana pepatah lama, di
mana ada Romi, di situ ada Yuli, hehe..
***
Selasa siang kemaren sepulang kuliah, aku
bersama beberapa rekan sengaja makan siang di Math’am Jami’i Rabta. Math’am ini
biasa menjadi lokasi makan para mahasiswa dari 2 kampus yang lokasinya saling
berdekatan : Universitas Tunis dan Universitas Zitouna.
Kami berjalan kaki menyeberangi Jalan Raya 9
April, salah satu jalan utama di kota Tunis, yang membentang di samping kampus
kami. Kemudian kami melewati depan gedung fakultas Adab Universitas Tunis. Nampak
para mahasiswanya berkelompok-kelompok berjalan menuju arah Rabta. “Mungkin
mereka juga mau makan siang di Math’am”, pikirku menerka-nerka, hehe.
Di kawasan ini, terdapat beberapa kafe gaul tempat
para mahasiswa nongkrong, menunggu jadwal kuliah atau menunggu bis. Tapi tentu
saja, harga makanan di kafe-kafe itu jauh di atas tarif math’am jami’i.
***
Tak lama kemudian, kami tiba di halaman math’am
impian. Aku langsung menuju loket penjual kupon. Antri dengan mahasiswa lain. Maklum,
jam 12an siang menjelang dzuhur begini, memang waktunya makan.
Tepat di samping loket, ada whiteboard kecil
yang menggantung. Tertulis di situ kalimat dalam bahasa Arab : Menu siang ini
: Syurbah, Lubia, Thojin, Salathah dan Burtuqal. Syurbah
adalah sup pembuka. Lubia adalah kacang berkuah. Thojin adalah sejenis
perkedel, bahannya telur dan aneka sayuran. Salathah adalah salad sayura segar.
Selalu ada buah zaitunnya. Burtuqal adalah buah jeruk. Oya, ada satu yang tidak
disebutkan di situ tapi pasti selalu ada : roti baguette yang besar dan panjang
itu..
Menu di math’am jami’i telah dijadwal oleh
pengelolanya. Cukup variatif. Kadang ada kuskus, makaruna (spageti), atau nasi
kebuli. Lauknya juga macam-macam, ada daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, telur
atau thojin. Plus salad, sayuran segar dan buah-buahan. Sesekali, buah-buahan
diganti dengan yoghurt local. Pokoknya mah, variasi menu dan porsinya yang
jumbo, sangat cocok untuk mereka yang sedang terapi program perbaikan gizi,
hehe.
Saat studi S2 dulu (2005-2007), aku cukup
sering makan di sini. Malah waktu itu aku sampe hafal menu sehari-harinya, baik
makan siang atau makan sorenya. Wow,
segitunya. Oya, math’am jami’i ini buka dua kali sehari : makan siang (pukul
12.00-14.00) dan makan sore (pukul 17.00-18.00).
Bagi ‘member’ yang tidak tertarik dengan menu
yang disebutkan di whiteboard tadi, dapat membatalkan niatnya lalu langsung balik
kanan. Kalo aku, jangan ditanya. Sejak awal jadi nasabah math’am ini pada tahun
2005 silam, Alhamdulillah tak pernah melakukan itu. Seperti kata pepatah lagi :
sekali kaki melangkah ke depan, pantang mundur ke belakang…! Hehe…
***
Setelah kupon di tangan, kami masuk ke pintu
ruang makan. Kami berdiri mengantri, di sela deretan panjang para mahasiswa. Campur
semua di situ. Mahasiswa dan mahasiswi, baik orang Tunis maupun orang asing. Para
mahasiswinya ada yang berjilbab, ada juga yang tidak. Ada yang modis cantik,
juga yang biasa-biasa. Para mahasiswanya juga sama : ada yang pecian dan jenggot
panjang, ada juga yang pake jeans lusuh. Tak ada kasta atau status social di
sini. Math’am jami’i mengajarkan kesetaraan ! hehe…
Siang itu, banyak juga kulihat mahasiswa yang mengenakan
kemeja lebar berwarna putih. Sepertinya mereka adalah para mahasiswa fakultas
kedokteran Universitas Tunis. Kampus mereka memang berada di kawasan ini.
Para pegawai rumah makan berdiri siaga
menyambut kami. Ada yang bertugas memberikan buah-buahan ke piring yang kami
pegang. Ada yang bertugas menuangkan kuah, ada yang memilihkan daging, juga
mengisi piring kami dengan salad atau sayuran segar. Semua ada tugas sendiri-sendiri.
Dan kami berjalan pelan melewati setiap mereka.
Kami makan di meja-meja yang berderet. Duduk saling
berhadapan, berbaur dengan para mahasiswa lain dari berbagai negeri. Kami lupa
dengan perbedaan warna kulit atau bentuk rambut. Kami disatukan oleh kesamaan
perasaan : lapar..!
Allahumma Barik Lana Fiimaa Raqaztanaa… Salam Manis dari
Tunis.
Tunis
al Khadra, 08 April 2014
No comments:
Post a Comment