Wednesday, April 09, 2014

Kantin Mahasiswa

PERBAIKI GIZI DI MATH'AM JAMI'I

Dua puluh enam persen APBN yang digelontorkan pemerintah Tunisia untuk sector pendidikan, dinikmati berkahnya oleh para mahasiswa di Tunis. Selain bea kuliah yang murah meriah, para mahasiswa juga menikmati fasilitas Math’am Jami’i alias kantin mahasiswa.

Di kantin ini, para mahasiswa menikmati menu bergizi, porsi besar ukuran orang Arab, tetapi dengan harga murah meriah. Uang 1 Dinar (senilai Rp 7 ribu), bisa ditukar dengan 5 kupon, untuk 5 kali makan. Semua bisa murah karena subsidi pemerintah.

Math’am Jami’i ada di mana-mana. Di setiap kawasan kampus, di situ ada math’am jami’i. Atau di mana ada asrama mahasiswa, pasti di sebelahnya berdiri gedung math’am jami’i. Laksana pepatah lama, di mana ada Romi, di situ ada Yuli, hehe..

***
Selasa siang kemaren sepulang kuliah, aku bersama beberapa rekan sengaja makan siang di Math’am Jami’i Rabta. Math’am ini biasa menjadi lokasi makan para mahasiswa dari 2 kampus yang lokasinya saling berdekatan : Universitas Tunis dan Universitas Zitouna.  

Kami berjalan kaki menyeberangi Jalan Raya 9 April, salah satu jalan utama di kota Tunis, yang membentang di samping kampus kami. Kemudian kami melewati depan gedung fakultas Adab Universitas Tunis. Nampak para mahasiswanya berkelompok-kelompok berjalan menuju arah Rabta. “Mungkin mereka juga mau makan siang di Math’am”, pikirku menerka-nerka, hehe.

Di kawasan ini, terdapat beberapa kafe gaul tempat para mahasiswa nongkrong, menunggu jadwal kuliah atau menunggu bis. Tapi tentu saja, harga makanan di kafe-kafe itu jauh di atas tarif math’am jami’i.

***
Tak lama kemudian, kami tiba di halaman math’am impian. Aku langsung menuju loket penjual kupon. Antri dengan mahasiswa lain. Maklum, jam 12an siang menjelang dzuhur begini, memang waktunya makan.  

Tepat di samping loket, ada whiteboard kecil yang menggantung. Tertulis di situ kalimat dalam bahasa Arab : Menu siang ini : Syurbah, Lubia, Thojin, Salathah dan Burtuqal.   Syurbah adalah sup pembuka. Lubia adalah kacang berkuah. Thojin adalah sejenis perkedel, bahannya telur dan aneka sayuran. Salathah adalah salad sayura segar. Selalu ada buah zaitunnya. Burtuqal adalah buah jeruk. Oya, ada satu yang tidak disebutkan di situ tapi pasti selalu ada : roti baguette yang besar dan panjang itu..  

Menu di math’am jami’i telah dijadwal oleh pengelolanya. Cukup variatif. Kadang ada kuskus, makaruna (spageti), atau nasi kebuli. Lauknya juga macam-macam, ada daging sapi, daging kambing, ayam, ikan, telur atau thojin. Plus salad, sayuran segar dan buah-buahan. Sesekali, buah-buahan diganti dengan yoghurt local. Pokoknya mah, variasi menu dan porsinya yang jumbo, sangat cocok untuk mereka yang sedang terapi program perbaikan gizi, hehe.

Saat studi S2 dulu (2005-2007), aku cukup sering makan di sini. Malah waktu itu aku sampe hafal menu sehari-harinya, baik makan siang atau makan sorenya.  Wow, segitunya. Oya, math’am jami’i ini buka dua kali sehari : makan siang (pukul 12.00-14.00) dan makan sore (pukul 17.00-18.00).

Bagi ‘member’ yang tidak tertarik dengan menu yang disebutkan di whiteboard tadi, dapat membatalkan niatnya lalu langsung balik kanan. Kalo aku, jangan ditanya. Sejak awal jadi nasabah math’am ini pada tahun 2005 silam, Alhamdulillah tak pernah melakukan itu. Seperti kata pepatah lagi : sekali kaki melangkah ke depan, pantang mundur ke belakang…! Hehe…


***
Setelah kupon di tangan, kami masuk ke pintu ruang makan. Kami berdiri mengantri, di sela deretan panjang para mahasiswa. Campur semua di situ. Mahasiswa dan mahasiswi, baik orang Tunis maupun orang asing. Para mahasiswinya ada yang berjilbab, ada juga yang tidak. Ada yang modis cantik, juga yang biasa-biasa. Para mahasiswanya juga sama : ada yang pecian dan jenggot panjang, ada juga yang pake jeans lusuh. Tak ada kasta atau status social di sini. Math’am jami’i mengajarkan kesetaraan ! hehe…

Siang itu, banyak juga kulihat mahasiswa yang mengenakan kemeja lebar berwarna putih. Sepertinya mereka adalah para mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Tunis. Kampus mereka memang berada di kawasan ini.

Para pegawai rumah makan berdiri siaga menyambut kami. Ada yang bertugas memberikan buah-buahan ke piring yang kami pegang. Ada yang bertugas menuangkan kuah, ada yang memilihkan daging, juga mengisi piring kami dengan salad atau sayuran segar. Semua ada tugas sendiri-sendiri. Dan kami berjalan pelan melewati setiap mereka.

Kami makan di meja-meja yang berderet. Duduk saling berhadapan, berbaur dengan para mahasiswa lain dari berbagai negeri. Kami lupa dengan perbedaan warna kulit atau bentuk rambut. Kami disatukan oleh kesamaan perasaan : lapar..!

Allahumma Barik Lana Fiimaa Raqaztanaa… Salam Manis dari Tunis.

Tunis al Khadra, 08 April 2014 

No comments:

Post a Comment