KAIROUAN, KOTA SEJARAH DAN ILMU PENGETAHUAN
اللهم املأها علما وفقها، وأعمرها بالمطيعين والعابدين، واجعلها عزا لدينك
وذلا لمن كفر بك، وأعز بها الإسلام
Suatu hari, pada tahun 50 H/ 670 M, atau sekitar 1344 tahun silam. Seorang
sahabat Nabi berjalan mengitari sebuah Masjid yang baru saja ia dirikan, beserta
bangunan benteng di sebelahnya. Sembari berjalan, mulutnya tak henti memanjatkan
bait doa di atas. “Ya Allah, penuhilah kota ini dengan ilmu dan fikih.
Ramaikanlah ia dengan orang-orang yang taat dan ahli ibadah. Jadikanlah ia
sebagai kota yang memuliakan agama-Mu dan menghinakan orang-orang yang
mengingkari-Mu. Muliakanlah Islam karenanya”.
Sang sahabat itu bernama Uqbah bin Nafi. Kota yang ia maksud dalam doanya
adalah Kairouan, sebuah kota propinsi di selatan Tunisia. Dan Masjid yang ia kelilingi itu, kini dikenal dengan nama Masjid Uqbah bin Nafi.
Kairouan, ibukota Islam
pertama di kawasan Magrib Arabi. Dan Masjid Uqbah, adalah Masjid pertama di
kawasan ini. Dari masjid dan kota inilah, penyebaran Islam di Afrika Utara dan
Andalusia dimulai.
Kota Sejarah
Siapapun yang pernah
datang ke Tunis, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi Kairouan. Alhamdulillah,
aku beberapa kali mengunjungi kota ini. Baik pada rentang 2005-2007 silam, atau juga kini, sejak aku kembali ke Tunis, Nopember 2012.
Kairouan berada pada jarak 156 km di arah selatan Tunis, dapat dijangkau dengan 2
jam perjalanan darat. Dari terminal Monsef Bey di kota Tunis, ada angkutan umum jurusan
Kairouan. Tiketnya 10 dinar per orang.
Kairouan dibangun oleh
Uqbah bin Nafi, dalam rangka penyebaran Islam di Afrika Utara. Kala itu, Kairouan
memiliki dua fungsi : Jihad dan Dakwah. Jihad dalam arti lokasi para tentara
Islam mempersiapkan diri sebelum melakukan ekspansi ke wilayah lain. Dan dakwah
dalam arti tempat para ulama mengajarkan ilmu agama kepada para murid, yang berasal dari
berbagai daerah Magrib Arabi.
Fungsi ini sesuai dengan
makna harfiah dari kata Kairouan itu sendiri. Dalam bahasa Parsi, Kairouan
bermakna tempat senjata, markas tentara, tempat istirahat, atau tempat berkumpul.
Di kota ini pula, terdapat
makam seorang sahabat Nabi, bernama Abu Zama Balawi. Lokasi makamnya berada di
sebuah Masjid yang kini dikenal dengan nama Masjid Sidi Sahabi. Lokasinya
tepat di al Magrib al Arabi Square,
tengah kota Kairouan.
Menurut keterangan yang
tertulis di depan gerbang Masjid, Abu Zama adalah salah seorang sahabat yang
hadir pada Perjanjian Hudaibiah, serta mengikuti beberapa peperangan bersama
Rasulullah saw. Ia juga pernah mencukur rambut Rasulullah. Karena kecintaannya
kepada baginda Nabi, ia membawa beberapa helai rambut Rasulullah ke Kairoaun.
Kota Ilmu Pengetahuan
Kairouan adalah kota pelajar
pertama di Magrib Arabi. Jauh sebelum ada kota Fes (Maroko), Andalus dan
Cordoba. Dan Masjid Uqbah menjadi sentra ilmu pengetahuan. Di Masjid inilah
sejumlah pengajian keagamaan digelar. Di sekitar Masjid, didirikan pula
madrasah-madrasah, perpustakaan, dan zawiya (padepokan) para ulama.
Sejak didirikan hingga saat ini, Masjid Uqbah mengalami beberapa kali renovasi dan perluasan. Kini, Masjid ini berukuran 70 x 122 meter. Menaranya berdiri megah nan angkuh, seangkuh
peradaban yang melewatinya. Warna cokelat usang mendominasi bagian
dinding-dinding luarnya. Sedangkan dinding bagian dalamnya dilapisi marmer. Sebagai
Masjid pertama, arsitekturnya menjadi model bagi masjid-masjid lain di kawasan
Afrika Utara dan Andalusia.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintah tahun 717-720 M/99-101 H pernah mengirim 10 orang
ulama dari kalangan tabi’in ke Kairouan. Kesepuluh ulama ini mengajarkan ilmu
agama di Masjid Kairouan, juga di beberapa madrasah di sekitar Masjid. Sebagian
besar mereka wafat dan dimakamkan di Kairoaun.
Sejumlah warga Kairouan
juga dikenal menjadi ulama besar pada zamannya. Di antara mereka adalah Imam
Sahnun (w 855 H/240 H). Ketika berusia muda, Sahnun menunaikan ibadah haji ke
Mekkah, kemudian belajar langsung ke Imam Malik di Madinah. Kemudian, ia
kembali ke Kairouan dan menjadi ilmuwan. Imam Sahnun menulis kitab Al
Mudawwanah, salah satu kitab induk dalam mazhab Maliki.
Selain Imam Sahnun, ada Abdullah ibn Abi Zaid al Qairawani (w 386 H), ahli fikih terkenal di lingkungan mazhab Mailiki. Karena keluasan ilmunya, ia
dijuluki Malik Shagir, artinya Imam Malik Kecil. Karyanya dalam bidang
fikih, Risalah ibn Abi Zaid al
Qairawani, kini menjadi salah satu kitab fikih Maliki yang paling popular.
Ia menjadi kitab referensi utama bidang Fikih Maliki di sejumlah perguruan
Islam di
Tunis, termasuk di Ta’lim Zaituni. Pun juga di sejumlah lembaga
pendidikan di Maroko dan Al Azhar Mesir.
Aku berjalan melewati dinding Masjid Uqbah yang megah. Foto tgl 30 Januari 2014
***
Kini, Kairouan tetap menjadi kota santri. Kegiatan
pengajian-pengajian berlangsung di sejumlah lembaga pendidikan dan madrasah. Termasuk
pengajian-pengajian halaqah Ta’lim Zitouni cabang Kairouan, yang digelar
di Masjid Uqbah, dan di madrasah seberang Masjid.
Terlebih pada era pasca revolusi 2011, ketika
kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam semakin tumbuh subur di negeri zaitun
ini. Kairouan terus berbenah. Bukan tidak mungkin, Kairouan kembali menjadi
pusat ilmu pengetahuan sebagaimana pada masa lalu, atau sebagaimana bait doa sahabat
Uqbah di atas. Salam Manis dari Tunis.
No comments:
Post a Comment