Monday, May 01, 2006

Kambing Bakar Tunis

Kambing Bakar Tunis, Enaknya Saat Lapar Saja


Orang Tunis yang sedang membakar daging kambing..

Jumat (28/4) usai magrib, aku keluar rumah bersama lima orang kawan, menuju Hamam Lif, sebuah kawasan pantai, 20an km selatan kota Tunis. Tujuan kami bukan untuk renang di laut, melainkan untuk mencicipi nikmatnya kambing bakar di sana. Sekaligus aku ingin tahu, bagaimana sih cara orang Tunis menyajikan kambing bakar. Apakah sama dengan tradisi orang Indonesia?! Apakah ada bumbu spesialnya?! Dan seterusnya..

Mobil yang kami tumpangi meluncur di jalan tol, melewati tugu batas selatan kota Tunis. Di kilometer 15, mobil keluar tol, menelusuri jalan kecil yang berbelok-belok, di sela-sela rimbunnya pepohonan. Hingga akhirnya masuk ke jalan raya yang lebar. Inilah jalan raya Hamam Lif yang langsung menuju pantai sana. Di kiri kanan jalan raya ini, kulihat ada beberapa warung makan. Di depan warung-warung itu, paha dan kerangka tubuh kambing bergelantungan. Kata “masywi” selalu tertera dalam plang merk warung. Masywi artinya “bakar”. Begitulah, Hamam Lif memang terkenal dengan restoran-restoran spesialis kambing bakar.

Kami berhenti di depan rumah makan “al madinah ar riyadiyyah lil masywi”. Beberapa kendaraan nampak telah diparkir di halaman. Seorang pelayan menyambut kami dengan senyuman renyah. “Selamat datang”, tuturnya seraya mempersilahkan kami memilih tempat duduk. Mau meja di luar ataukah di dalam ruangan. Kami memilih di dalam. Karena di luar, khawatir tak tahan dengan angin yang kadang masih terasa dingin menusuk.

Ruangan dalamnya tak terlalu lebar, kira-kira seukuran ruang belajar di sekolahan kita. Dinding sekeliling ruangan itu penuh dengan gambar bunga bermotif mediterania dengan warna khasnya ; biru-putih. Suara manja Mariam Feres –penyanyi muda Lebanon yang sedang naik daun – terdengar mengalun dalam syair-syair lagunya. Menambah kehangatan suasana malam itu.

Belum lima menit kami duduk, seorang pelayan menghidangkan makanan pembuka berupa tabunah, roti bundar berdiameter 15 cm khas Tunis. Serupa isy di Mesir. Hanya saja, tabunah lebih tebal dan rasanya pun lebih enak. Tabunah hangat itu dihidangkan bersama salatah - sambal khas Arab- dan buah zaitun. Di Tunis, sepertinya tak ada hidangan tanpa zaitun yang pahit-pahit enak itu. Maklum, di negeri yang luasnya hanya setengah pulau Jawa ini, perkebunan zaitun ada di hampir setiap tempat. Tunisia adalah negeri penghasil zaitun terbesar kedua setelah Spanyol.

Usai mencicipi sedikit tabunah, aku iseng menuju dapur. Ingin lihat cara orang Tunis memasak. Ah ternyata sederhana. Aku juga bisa, pikirku. Daging kambing yang sudah dipotong-potong kecil dan dibersihkan itu, dimasukkan ke dalam adonan bumbu. Tak lebih satu menit, lalu diletakkan di atas pembakaran. Bara apinya nampak merah menyala. Aku merasa pesimis bumbu itu akan menyerap masuk ke dalam daging yang beberapa saat lagi akan kusantap itu. Aroma wangi pembakarannya pun biasa saja, tak terlalu khas. Jauh berbeda dengan aroma sate kambing di tanah air yang sangat menusuk hidung dan membangkitkan selera.


...saat lapar mah, kambing bakar pun terasa enak....!

Saat hidangan itu disajikan di meja, kami langsung menyantapnya. Tanpa bumbu atau makanan pelengkap lainnya. Kecuali salatah dan tabunah. Karena memang hanya menu ini yang biasa disajikan dalam paket kambing bakar di Tunisia. Tak ada nasi, kentang goreng, sayuran atau sambal cabe campur kecap, hehehe...Minumnya, cukup soft drink dan air mineral. Dengan menu sederhana ini, satu kilo kambing bakar dijual seharga 13 Dinar. Satu Dinar Tunisia setara dengan 8 ribu rupiah.

Meski menu sederhana dan bumbu yang pas-pasan, tiga kilo daging itu akhirnya habis juga. Hanya tulang yang tersisa. Pun beberapa lempeng roti tabunah yang hangat itu. Sesaat sebelum pulang, aku iseng bertanya kepada kawan-kawan. “Gimana, enak ngga...?!” Serentak kawan-kawan menjawab, “nggaaaaaa......” Ah, dasar. Bilang ga enak setelah semuanya habis. Sama saja bohong. Dalam suasana lapar, rasio dan akal sehat memang kerap hilang, pergi entah kemana, hehehe..... Salam Manis dari Tunis.

Tunis al Khadra, 1 Mei 2006

No comments:

Post a Comment