Friday, September 04, 2009

Islam di Sri Lanka

Menjadi Muslim di Negeri Budha


Aku di seberang sebuah mesjid di Town Hall, Colombo


Jumlah penduduk Sri Lanka saat ini sekitar 21 juta jiwa. Sebanyak 74% di antaranya adalah suku Sinhala yang umumnya beragama Budha madzhab Theravada. Sisanya, 15% adalah suku Tamil yang umumnya beragama Hindu dan 9% lagi Muslim.
Meski minoritas, muslim Sri Lanka memiliki posisi terhormat, baik secara sosial, ekonomi maupun politik. Terutama di Colombo, orang muslim dikenal sebagai orang kaya, karena kebanyakan mereka berprofesi pedagang. Maklum, jika dilihat dari segi sejarah, agama Islam masuk ke negeri ini dibawa oleh para pedagang keturunan Arab dan India Tamil, sekitar 1000 tahun lalu.

Seorang staf senior di KBRI mengibaratkan muslim Sri Lanka laksana orang China di Indonesia ; minoritas tapi memegang peran besar dalam sektor ekonomi.

Syiar Islam Tetap Jalan
Secara umum, syiar Islam berjalan dengan baik. Ketika Ramadhan tiba, umat Islam berduyun-duyun ke mesjid untuk tarawih. Dalam lima terakhir ini, tiga kali aku tarawih di mesjid muslim Colombo. Aku lihat, mesjid-mesjid penuh jemaah. Sementara, acara-acara keislaman pun bermunculan di televisi.

Kegiatan buka puasa bersama seolah telah menjadi budaya nasional. Hari Rabu (2/9) lalu, aku diajak seorang staf KBRI menghadiri undangan berbuka puasa yang digelar oleh Dialog Telekom, sebuah perusahaan telekomunikasi terkemuka di negeri republik sosialis ini. Lokasi berbuka adalah sebuah restoran besar di Hotel Trans Asia, salah satu hotel berbintang lima di Colombo. Seribuan tamu hadir. Di lapangan luas sebelah kiri hotel, karpet lebar dihamparkan, untuk tempat shalat maghrib berjamaah.

Lembaga-lembaga pemerintah - meski dipimpin oleh seorang Budhis - pun biasa menggelar acara buka puasa bersama. Bahkan pernah ada seorang menteri beragama Budha mengadakan acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw di rumahnya.

Jumlah mesjid memang tidak terlalu banyak. Di kota Colombo yang berpenduduk 2,3 juta jiwa ini, jumlah mesjid hanya beberapa puluh saja. Tapi ya itu tadi : kendati minoritas, umat Islam cukup dihormati di sini. Dalam tim kabinet Presiden Mahinda Rajapakse saat ini, ada sekitar enam menteri dari kalangan muslim. Muslim yang duduk di kursi parlemen juga banyak, bahkan mereka dikenal vokal.

Di kawasan Hambantota, Kota Colombo, ada komunitas muslim Melayu yang sangat terkenal. Jumlah mereka cukup signifikan. Jalan raya besar yang melintasi kawasan itu dinamai Malay Street. Sebuah mesjid besar berdiri di tengah-tengah kawasan itu.

Di daerah Nawalapitiya - 170 km timur Colombo - terdapat perguruan Islam. Semacam pesantren. Bahkan ada seorang WNI yang sedang 'mondok' di sana. Dulu malah ada dua orang. Aku sempat berfikir, mengapa harus belajar Islam ke Sri Lanka? Bukankah lembaga pendidikan di Indonesia sudah lebih maju?

Pihak KBRI Colombo sesekali menengok sang santri ke pondoknya. Pimpinan perguruan itu diketahui bernama Syekh Ibrahim. "Isterinya empat", tutur Pak Gojali, staf KBRI yang pernah ke sana. Wah, wah, wah..saingan Syekh Puji donk, Pak..!

Sembelih Sapi Sembunyi-sembunyi
Tingginya tingkat toleransi beragama yang ditunjukkan umat Budha di Sri Lanka, ternyata belum memberikan kebebasan total bagi umat Islam dalam menjalankan agamanya. Spirit ajaran Sang Budha yang berpengaruh kuat dalam hampir seluruh kebijakan pemerintah baik secara politik, sosial dan budaya, dalam beberapa sisi masih terasa berimbas pada kualitas pelaksanaan ajaran Islam.

Misalnya saja dalam penyembelihan sapi pada hari raya Idul Adha (kurban). Dalam tradisi Budha, sapi adalah binatang suci yang pantang disakiti, apalagi disembelih dan dikonsumsi. Bisa kualat..! Maka sapi di negeri ini akan dibiarkan hingga tua renta, hingga mati dengan sendirinya. Sedangkan dalam Islam, sapi 'hanyalah' seekor binatang yang harus dizakati, binatang sembelihan dalam kurban, dan karena itu boleh dikonsumsi. Bahkan dalam Alquran ada kisah Bani Israil yang diperintah Allah untuk menyembelih seekor sapi betina (Baqarah).

Di Sri Lanka ini, penyembelihan sapi sebagai hewan kurban pada hari raya, harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Pernah kejadian, ketika KBRI Colombo bermaksud menyembelih sapi pada hari raya, tiba-tiba sekelompok masyarakat sekitar berdatangan. Mereka memprotes dan menolak tindakan itu. Terpaksa acara kurban dibatalkan. "Sejak saat itu, penyembelihan selalu dilakukan di ruang tertutup. Atau hewannya kita titipkan ke muslim Sri Lanka", tutur Pak Gojali, yang sudah 30 tahun berada di Colombo.

Nah, kalo yang menyembelihnya orang Sinhala Muslim gimana? "Sama aja, sembunyi sembunyi", tutur Pak Gojali lagi.

Selain melarang menyakiti binatang, umat Budha juga melarang penebangan pohon. Bahkan ada pohon-pohon tertentu yang disucikan, di antaranya Bodhi Tree. Tidak mengherankan jika Colombo - dan Sri Lanka secara umum - adalah kawasan hijau. Pepohonan besar tumbuh di mana-mana. Menelusuri sudut-sudut kota Colombo, mengingatkanku pada Rabat, ibu kota Maroko nan hijau itu dan Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat yang dijuluki kota kembang. Meski belakangan aku berfikir, seharusnya Colombo yang mendapat gelar itu.

Tanpa Adzan Subuh
Di Sri Lanka, jangan harap umat Islam akan mendengar kumandang adzan Subuh melalui pengeras suara. Masalahnya, pemerintah menetapkan aturan bahwa antara pukul 22.00 hingga 06.00, suasana negeri harus steril dari segala suara. Itu adalah masa istirahat total, tidak boleh ada suara hingar bingar. Orang Sri Lanka menamakan ini sebagai 'polusi suara'.

Bukan hanya adzan Subuh yang kena imbas. Acara-acara konser musik di ruangan terbuka pun
harus berhenti sebelum pukul 22.00. Kecuali tanpa suara, hehe.. Jadi memang tidak ada unsur diskriminasi agama dalam hal ini. Meski imbasnya, malam-malam di bulan suci Ramadhan ini, berlalu tanpa suara pengajian Alquran atau kumandang solawat sebagaimana lazimnya kita dengar di Tanah Air.

Biarkanlah saudara-saudara kita muslim Sinhala, menghidupkan malam-malam Ramadhannya, dengan suara-suara lirih dan pelan. Yang penting, niat dan tingkat keikhlasannya tetap kuat. Salam dari Colombo.

Colombo, 4 September 2009

3 comments:

  1. wah, udah ke colombo aja mang dede. good luck pa ustad..!

    ReplyDelete
  2. Mau tanya ustadz, S3 jurusan keislaman di Sri Lanka adanya di Universitas apa ya ???
    Ada atau tidak ya ???
    sukron katsir,

    ReplyDelete
  3. Jom ke Sri Lanka, Kosovo,Albania, Bosnia dan Turki

    ReplyDelete