Friday, August 25, 2006

Tunis Agustusan

Merdeka dengan Angklung

Aku memakai baju adat Melayu, saat penampilan Angklung.

Jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya kala aku melangkahkan kakiku, naik ke atas panggung. Hati berdebar-debar. Beberapa kali aku menarik nafas panjang. Aku berusaha setenang mungkin, sambil menatapi ke-16 orang rekanku yang tengah mengatur barisan.

Aku ragu bukan karena demam panggung. Selama rentang 2002-2005, lebih 30 panggung gamelan kuikuti di Mesir. Dari acara pernikahan mahasiswa hingga festival internasional. Malam ini, aku merasa keki di atas panggung, karena belum yakin timku bisa tampil oke. Nada-nada angklung yang dimainkan rekan-rekan masih sering tak kena dengan ketukan bas dari gitar pengiring.

Hingga saat gladi resik tadi siang pun, kesalahan masih terjadi. Dan jika itu terulang sekarang, aduh, betapa malunya aku. Malam ini, penampilan kami membawa nama baik negeri pertiwi. Dua ratusan penonton, adalah para pejabat diplomatik dari negara-negara sahabat. Juga para petinggi Tunisia, termasuk Menteri Agama, DR Abu Bakar al Akhzouri. Karena malam ini adalah acara resepsi diplomatik HUT RI di KBRI Tunis.

Akhirnya, aku hanya bisa berpasrah kepada Tuhan. Ya Allah, berikanlah kekuatan kepada kami. Kami ingin menunjukkan salah satu sisi baik negeri kami di depan orang lain, gumam hatiku kala itu.

* * *
Aku berdiri tegak membelakangi para pemain, menghadap arah penonton. “Tiga, Empat”, ucapku pelan seraya membungkukkan badan. Diikuti oleh para pemain. Begitulah kami memberi penghormatan awal kepada para hadirin.

Lalu aku balik kanan, berhadapan dengan para pemain. Mereka, 16 orang, terdiri dari pelajar, mahasiswa dan ibu-ibu Dharma Wanita di KBRI Tunis. rekan-rekan senegeriku di perantauan.

Aku memberi kode, kedua tangan kuangkat hingga sepinggang. Dan serentak, angklung-angklung di tangan para rekan itu pun terangkat. Siap main.

Lalu aku bergeser ke pojok kanan panggung, untuk memulai lagu. “Kita bisa, jika kita yakin bisa”, ucapku setengah berbisik kepada para rekan. Untuk memberi support kepada mereka yang belum percaya diri.

Mulutku mendendangkan intro. “Mi, Re Do Mi, Sol Sol La Do Mi Do Re....”. Stick yang kupegang kuangkat tinggi. Dan ketika stick itu bergoyang, ruas-ruas bambu itu pun ikut bergoyang. Buahnya, alunan lagu Rek Ayo Rek bergema malam itu. Dari atas panggung kecil, di lapangan hijau Wisma Duta Besar RI di Tunis yang menghadap Laut Tengah. Dalam keremangan dan kerlap kerlip lampu malam.

Stick kecil di tangan, kugerakkan secara teratur. Mengikuti tempo lagu. Mulutku mendendangkan nada-nada lagu. Telinga kupasang untuk mencermati setiap nada, untuk kusesuaikan dengan irama bas yang kudengar dari belakang panggung. Agar harmoni antara bas dan melodi tetap terjaga. Sementara pandangan mataku bergerak kiri kanan, menatapi setiap pemain pemegang nada yang sedang berbunyi.

Bait demi bait berlalu. Hingga aku terlarut dalam irama lagu. Badanku bergoyang-goyang, mengikuti gerak tangan yang zig zag. Sesekali aku tersenyum, atau mengerdipkan mata. Kadang juga aku melotot, atau berbisik kepada para pemain “ senyum donk...”

Dan Alhamdulillah, lagu pertama berlalu dengan lancar. Tanpa kesalahan satu pun. Tepuk tangan penonton menggema.



Aku membaca Teks Proklamasi pada upacara HUT RI 2006, di Tunis

Aku bersiap-siap dengan lagu kedua, Ya Mustafa. Sebuah lagu Arab yang sangat populer. Lagu ini berirama cepat. Lebih cepat dari lagu Jawa Timur, Rek Ayo Rek itu.

“Lagu pertama tadi, bagus sekali. Lebih bagus dari yang dibayangkan sebelumnya. Kita bisa mengukir sukses di lagu kedua, asal tetap konsen, dan o p t i m i s..”, tuturku depan para pemain. Mereka tersenyum. Aku pun segera bersiap.

“Sol Mi Mi Mi Mi, Fa Sol Fa mi Re....”, aku mendendangkan intro awal lagu Ya Mustafa. Stick kuangkat tinggi, seperti tadi. Dan ketika stick bergoyang, irama lagu Ya Mustafa pun bergema.

Aku kembali bergoyang, terlarut dalam irama lagu. Tempo lagu yang cepat, membuat goyangan tubuhku juga terasa lebih cepat. Sementara tanganku bergerak mengatur nada, bibirku terus mendendangkan tangga nadanya. “Re Re Re Re Re, Fa Sol Fa Mi Re...” Sesuai irama teks lagunya : Ya Mustafa Ya Mustafa, Ana Bahibbak Ya Mustafa.

Dalam asyik, di tengah semilir angin laut dan jepretan kamera para penonton, hatiku juga tak diam. Ia ikut mendendangkan lagu.

“Ya Indonesia Ya Indonesia, Ana Bahibbak Ya Indonesia...”

Dirgahayu Republik Indonesia ke-61. Salam Manis dari Tunis

Tunis al Khadra, 25 Agustus 2006

2 comments: