Tuesday, October 12, 2004

SSM 2 : Negeri Al Quran

Negeri Al Quran itu bernama Mesir

"………Al Quran di turunkan di Mekkah dan Medinah
Tetapi ia dibaca di Mesir…….."

Kandungan makna ungkapan yang popular di kalangan ulama dan penghafal Al Quran Mesir itu, sekilas nampak berlebihan. Seolah menonjolkan sebuah kesombongan, bahwa Mesir adalah satu-satunya negeri yang didalamnya Al Quran dibaca.

Andai kita tahu bagaimana sikap dan upaya orang Mesir dalam menjaga Al Quran, kebenaran ungkapan itu akan mudah terbukti. Jika Anda berkesempatan naik bis di kota Kairo, jangan kaget jika banyak penumpang yang membaca Al Quran. Kendati dalam suasana penuh sesak. Para pegawai kantor, biasa mengisi waktu senggang dengan membaca Al Quran. Bahkan tak jarang, polisi-polisi penjaga keamanan pun, nampak memegang mushaf Al Quran. Kaset-kaset bacaan murattal Al Quran, juga di-stel dalam berbagai suasana. Sedari toko-toko, mesjid, hingga kendaraan umum sekalipun. Jika Ramadhan menjelang, hampir seluruh mesjid di negeri Firaun ini, mengadakan shalat tarawih dengan bacaan imam satu juz tiap malamnya.

Di banyak tempat, kita juga akan dengan mudah bertemu dengan orang-orang berjubah dan berpeci khusus warna putih, bagian atapnya berwarna merah. Tak usah ragu lagi, mereka adalah para ulama penghafal 30 juz Al Quran

Mesir memang negeri gudangnya ulama penghafal Al Quran. Data tahun 2002 menunjukkan bahwa ada 12,3 juta atau sekitar 18 persen dari total 67 juta jiwa penduduk Mesir yang tercatat sebagai penghafal 30 juz kitab suci Alquran. Artinya, jika Anda bertemu dengan 6 orang Mesir, maka bisa dipastikan salah satunya hafal 30 juz Al Quran.

Para penghafal Alquran itu tergolong dalam usia kanak-kanak dan remaja, dewasa, serta golongan orang lanjut usia. Dari angka tadi, penghafal Alquran golongan kanak-kanak dan remaja berusia antara 10-25 tahun tercatat sebanyak 2,4 juta jiwa, golongan dewasa berusia antara 26-55 tahun sebanyak 6,2 juta, dan usia di atas 56 tahun sekitar 3,7 juta penghafal Alquran. Dari jumlah tersebut juga, sekitar 3,8 juta-nya adalah wanita.

Karena itulah, tak heran jika Syekh Yusuf Qardhawi, seorang ulama besar asal Mesir menyebutkan bahwa perhatian orang Mesir yang tinggi terhadap Al Quran merupakan salah satu factor utama penyebab kegagalan aktivitas misionaris / kristenisasi di Mesir pada abad ini. Qardhawi menyebutkan empat faktor lain yaitu: Universitas al-Azhar, Shalat Jum’at (pertemuan mingguan), Ibadah Haji (pertemuan tahunan), dan Ramadhan.

Kenapa begitu banyak orang Mesir yang hafal Al Quran ? Kenapa hal ini tidak terjadi di negeri kita tercinta?

Menurut Prof Dr Mahmoud Hamdi Zaqzouk, Menteri Waqaf Mesir, dalam sebuah wawancara baru-baru ini, adanya jutaan orang Mesir penghafal Alquran itu merupakan wujud dari dukungan sistem pendidikan. Di Mesir, sekolah-sekolah negeri maupun Al-Azhar, dan pendidikan swasta lainnya, memang mewajibkan pelajar Muslim untuk menghafal Alquran.

Di Universitas Al-Azhar misalnya, mahasiswa Mesir program S-1 diwajibkan menghafal 15 juz (setengah) Alquran, program S-2 diwajibkan menghafal seluruh Al-Quran. Adapun program S-3, tinggal diuji hafalan sebelumnya. Kewajiban hafal Alquran ini tidak berlaku bagi mahasiswa asing non-Arab, kecuali dalam program S3. Sedangkan di program S-1, mereka hanya diwajibkan hafal delapan juz Alquran dan 15 juz di S2-nya.


Dukungan nyata juga ditunjukkan oleh Pemerintah Mesir. Setiap tahun, pemerintah pusat mengalokasikan dana khusus sebesar 25 juta dolar AS (1,2 miliar pound Mesir) untuk penghargaan bagi penghafal Alquran. Penghargaan itu diberikan pada setiap peringatan hari-hari besar Islam bagi pemenang hifzul (penghafal) Alquran, berupa uang tunai, beasiswa dan tunjangan hidup. Acara MTQ internasional dilaksanakan oleh pemerintah, setiap bulan Ramadhan. Penghargaan bagi para pemenang, biasanya langsung diserahkan oleh Presiden pada acara peringatan Nuzulul Quran.

Selain pemerintah, Al-Azhar -- yang memiliki sistem pendidikan dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi dan tersebar di seluruh provinsi - pun secara independen melaksanakan perlombaan hafal Alquran setiap hari-hari besar Islam.

Di negeri seribu menara ini, perlombaan hafal Alquran, atau Musabaqah Hifzil Quran (MHQ) memang lebih menonjol dan lebih bergengsi, ketimbang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang mengutamakan bacaan, suara, dan lagu.

Para penghafal Al Quran di Mesir, selalu mendapat kehormatan dalam kehidupan masyarakat. Dalam dinas wajib militer contohnya, beban tugas para penghafal Alquran dapat diringankan Normalnya, wajib militer itu merupakan keharusan setiap warga Negara yang berlangsung selama dua tahun. Tetapi bagi para penghafal Alquran, diperbolehkan ikut wajib militer dalam waktu setahun. Al Quran memang menjadi sumber berkah bagi para penjaganya.

Pinggiran Nil, 1 Desember 2003

3 comments:

  1. waw kren ya

    ReplyDelete
  2. Maaf bro istilah "Timur tengah" itu bagi orang Barat tapi kita di Indonesia bisa negeri Magribi, kawasan Arab atau yang lainnya, bagus tulisan pengalamannya, Salam

    ReplyDelete