Thursday, October 14, 2004

SSM 6 : Perpustakaan Budaya (2)

Perpustakaan Iskandariah,
Ufuk Baru Peradaban Mesir
(bagian 2)

Gedung ini terdiri dari 3 bangunan utama : pertama, ruang konferensi, terletak di sebelah gedung perpustakaan utama, yang dirancang sejak tahun 1991. Ruang konferensi ini terdiri dari 3 aula. Aula utama berkapasitas 1700 tempat duduk, seluas 5 ribu meter persegi. Di sebelahnya terdapat dua aula yang lebih kecil, masing-masing memuat 300 dan 400 orang. Ruang konferensi utama inilah, yang menjadi lokasi acara-acara seminar, diskusi, festival atau acara-acara besar lainnya.

Kedua, planetarium. Bangunan berbentuk bola ini terletak di depan gedung perpustakaan, menempati posisi paling dekat ke jalan raya. Bangunan bundar ini berdiameter 18 meter, dalam posisi mengangkang di atas tanah. Dua pertiganya muncul di atas permukaan tanah, sedangkan sepertiganya lagi di bawah permukaan tanah. Bagian luarnya terbuat dari beton, dengan dilapisi oleh Fiberglass, sebagai pengganti besi, untuk mengurangi beban. Di dalamnya terdapat ruang pertunjukan yang bisa memuat 100 orang penonton. Di planetarium ini, pengunjung bisa menonton film-film 3 dimensi seputar masalah ruang angkasa dan perbintangan. Penonton akan merasakan seolah-olah sedang berada dalam sebuah kapal kosong, berputar-putar mengitari ruang angkasa luar.

Di bawah planetarium ini terdapat sebuah musium kecil, yaitu musium Sejarah Ilmu Pengetahuan (Mathaf tarikh al ‘ulum). Isinya berupa sejumlah diorama dan catatan yang bercerita tentang sejarah munculya ilmu pengetahuan, sejak zaman Firaun hingga masuknya Islam. Data-data di musium ini dibagi menjadi beberapa bagian sesuai waktu terjadinya. Pada Zaman Firaun, terdapat penjelasan mengenai: Sistem Kalender, Sistem Pertanian dan Pengairan, dan Sistem Peperangan dan persenjataan. Zaman Yunani, menceritakan tentang biografi para ilmuwan Yunani Kuno, seperti Archimedes, Socrates dan Ptolemi. Sedangkan pada era Islam, terdapat biografi para ilmuwan muslim seperti Al Khawarizmi, Ibnu Syatir (ahli Ilmu Falak), Ibnu Haitham dan Ibnu Yunus. Semua diorama dan data itu, diukir di batu berwarna-warni, dengan menggunakan 3 bahasa, yaitu Arab, Inggeris dan Perancis.

Ketiga, gedung perpustakaan. Sang arsitek nampaknya sangat memahami bahwa gedung perpustakaan ini, akan menjadi simbol kebesaran peradaban Mesir Kuno di era modern ini. Gedung utama perpustakaan berbentuk setengah bulat, persis silinder, menghadap ke laut tengah. Bentuk ini menandakan bola matahari yang sedang terbit di ufuk timur. Konon, bentuk seperti ini dianggap suci oleh para pembesar Mesir Kuno. Di bagian depan gedung terdapat danau kecil buatan, seluas 4000 meter persegi. Bagian atap gedung, terdiri dari 56 jendela kaca, sehingga memungkinkan masuknya cahaya matahari ke dalam seluruh ruangan perpustakaan, dengan cuaca yang tetap nyaman.

Bentuk bangunan perpustakaan ini terbilang unik. “Di Mesir ini tidak ada bangunan seperti ini”,ujar Dr. Ismail Seradjuddin, direktur perpustakaan. Didirikan di atas areal tanah seluas 121 ribu meter persegi, menghadap ke laut tengah, berdampingan dengan Universitas Iskandariah. Terdiri dari sepuluh lantai, masing-masing empat lantai di bawah permukaan tanah, dan enam lantai di atas tanah. Luas seluruh lantainya adalah 85 405 meter persegi. Luas ruangan perpustakaan utamanya adalah 36.770 meter persegi. Tinggi gedungnya adalah 37 meter di atas permukaan bumi, dan 18,5 meter di bawah permukaan bumi (ruang bawah tanah). Hingga selesainya pembangunan gedung, sekitar 20 ribu ton besi habis digunakan. “Gedung ini akan kuat bertahan hingga 200 tahun” ujar Mamduh Hamzah.


Seluruh permukaan dinding belakang gedung terbuat dari batu granit dari Aswan, Mesir, berwarna kelabu. Berat keseluruhan batu itu adalah 2400 ton. Seluruh bagian dinding dihiasi dengan relief-relief Mesir Kuno, huruf-huruf dan abjad, yang kesemuanya hasil ukiran tangan.

Dari arah pintu belakang gedung, terdapat sebuah patung, yaitu patung Alexander Agung. Sengaja disimpan di pintu masuk, seolah ingin mengucapkan selamat datang bagi para pengunjung. Berat patung ini adalah 28 ton, tingginya 12 meter. Patung ini diangkat dari halaman depan perpustakaan, di pinggir pantai, tahun 1996. Saat itu, patung ini terbelah menjadi 4 bagian, masing-masing kepala, lengan, mahkota dan badan. Lalu, proses penyatuan keempat bagian itu dilakukan di Prancis.

Pada saat diresmikan, jumlah buku yang tersimpan dalam perpustakaan adalah 250 ribu buah. “Beberapa tahun ke depan, kami menargetkan jumlah hingga 4 juta buah”, kata Dr. Ismail Seradjuddin. Daya tampung perputakaan ini adalah 8 juta buah buku. Dari jumlah itu, terdapat sekitar 120 ribu buku-buku klasik, yang termasuk kategori sangat langka. Jumlah manuskrip-manuskrip kuno yang langka adalah 50 ribu buah, dan juga 50 ribu peta. Semua data tentang buku, temasuk naskah manuskrip klasik, telah termaktub dalam katalog dengan sistem komputerisasi. Dengan menggunakan komputer, para pengunjung dapat membaca setiap halaman naskah-naskah kuno itu, tanpa menyentuh naskah aslinya sama sekali. Seluruh ruang baca seluas 22 ribu meter persegi, dilengkapi fasilitas serba canggih dengan perangkat komputer.

Kesemua buku yang ada di perpustakaan ini adalah hadiah dari berbagai perpustakaan, lembaga swasta Mesir, lembaga asing, bahkan juga perorangan. Gerakan wakaf buku bagi perpustakaan ini, telah dikampanyekan dengan gencar oleh Suzan Mubarak sejak pertemuan Aswan tahun 1990. Program ini ternyata mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan di Mesir. Dr.Abdul Fattah Manshur, seorang cendekiawan Mesir, menghibahkan 1106 buah bukunya kepada perpustakaan. Kebanyakan dari buku-bukunya itu berbicara seputar politik, pemikiran dunia Arab, yang ia kumpulkan sejak lama. Begitu juga Dr. Habib Iskandar, seorang dosen filsafat di Universitas Iskandariah, yang menyerahkan seluruh isi perpustakaan pribadinya, yang berupa buku-buku langka terbitan abad ke-19. Harian Akhbar el Yaum Kairo edisi 16 Oktober 2002 menyebutkan nama 40 ilmuwan Mesir penyumbang buku, yang rata-rata setiap orangnya menyumbangkan lebih dari 1000 buah.

Diantara kitab langka yang terdapat di perpustakaan ini adalah naskah-naskah karangan penyair sufi tekenal, Jalaludin Rumi, yang ditulis pada tahun 896 Hijriah, atau 6 abad lalu. Juga terdapat cetakan pertama buku “Tarikh al Umam wa al Muluk’ (Sejarah Bangsa-bangsa dan raja-raja”), karya At Thabary, yang ditulis tahun 1330 M. Di sini juga ada naskah asli manuskrip kitab Injil Vatikan, yang ditulis pada abad 4 masehi, terdiri dari 1536 lembar, terbuat dari kulit dan kertas. Juga tedapat manuskrip-manuskrip peninggalan masa-masa awal Islam. Diantaranya ada kitab hadist Shahih Muslim, yang dibuat pada abad 4 Hijriah, juga kitab Syarah al Arbain li an Nawawi, yang ditulis oleh Syarifudin bin Muhammad pada tahun 810 H. Selain itu, terdapat juga buku-buku klasik cetakan Prancis, dan juga naskah tulisan tangan kitab suci Al quran, .

Di lantai 4 gedung perpustakaan, terdapat sebuah musium sejarah dan manuskrip (Mathaf al Atsar wa Makhtuthat). Menurut Dr.Zahi Hawas, kepala pusat kepurbakalaan Mesir, di dalam musium seluas 1200 meter persegi itu, terdapat sekitar 1080 buah benda-benda purbakala, yang menggambarkan tingginya nilai budaya yang dimiliki oleh para warga Mesir Kuno. Semua benda ini dikumpulkan dari berbagai musium sejarah di seluruh Mesir, juga beberapa negara lain, seperti Yunani, Spanyol dan Prancis. Panitia pengumpulan benda-benda ini terdiri dari para sejarawan, dosen, di bawah pimpinan Dr.Mustafa el Ibadi. Mereka mengumpulkannya dari Musium Luxor, Musium Nasional Mesir, Musium Islam, Musiu Qibti dan Musium Kristen di Kairo, Musium El Menia, juga Musium Yunani dan Romawi yang berada di kota Iskandariah. Sebanyak 47 diantaranya ditemukan dari lokasi perpustakaan, yang telah tertimbun tanah. Koleksi-koleksi yang terdapat dalam musium dibagi menjadi 5 bagian, masing-masing : kelompok Mumi, Mozaik, Yunani, Romawi, dan peninggalan masa Islam dan Qibti.

Sebagian dari patung-patung itu adalah hasil pahatan, yang menggambarkan pola kehidupan warga kota Iskandariah pada masa Alexander Agung, pendiri perpustakaan. Di bidang agama, terdapat patung Dewa Zeus, Dewa Oziris, Dewa Zerobis, dan patung Dewa Ibis, salah satu dewa Ilmu Pengetahuan Mesir Kuno. Selain itu, ada juga patung filosof terkenal Socrates, meski sepotong, patung Iskandar Agung yang sedang berkuda sambil menghunus pedang, patung-patung benda berisi tulisan kuno,dan lain-lain.

Terdapat juga patung-patung benda / peralatan yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Seperti alat-alat tulis, gelas, lampu, benda-benda tajam, senjata, dan alat pertanian.

Ke depannya, perpustakaan ini akan dikelola secaa rapi oleh sebuah badan khusus yang dipimpin oleh Dr. Isamil Seradjuddin. Anggaran pemerintah Mesir untuk perpustakaan hanya 3,6 juta Pound Mesir (750.000 USD) per tahun. Karena itulah, Dr Adel Abu Zahroh, Ketua Ikatan Lembaga Keperpustakaan Mesir, berniat membentuk lembaga internasional beranggotakan negara mitra Perpustakaan Iskandariah, yaitu Australia, Jerman, Rusia, Inggeris, Meksiko dan Prancis. Dalam waktu dekat, akan segera bergabung lembaga-lembaga yang sama dari : Swiss, Afrika Selatan, Frankfurt, New Jersey (AS), dan Portugal.

Pinggiran Nil, 20 Oktober 2002

No comments:

Post a Comment